Wayang Beber: Wayang Tertua di Indonesia yang Melintasi Waktu
Sdn4cirahab.sch.id - Wayang Beber, salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa, merupakan salah satu cara unik untuk menyampaikan cerita. Berbeda dengan wayang kulit atau wayang golek yang sering kita temui, Wayang Beber tidak menggunakan wayang yang dipentaskan dalam bentuk tiga dimensi, melainkan memanfaatkan gambar-gambar yang dibentangkan pada selembar kain atau kertas. Sebagai salah satu warisan budaya yang sangat berharga, Wayang Beber mengandung sejarah panjang yang mencerminkan perkembangan seni dan kebudayaan Indonesia. Artikel ini akan mengajak Anda untuk lebih memahami bagaimana wayang beber berkembang dari masa ke masa, serta peranannya dalam menjaga tradisi seni dan budaya Indonesia.
![]() |
Gambar : |
1. Apa Itu Wayang Beber?
Wayang Beber adalah seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa, di mana cerita disampaikan melalui gambar yang dibentangkan dan diperlihatkan kepada penonton. Pada awalnya, wayang beber dimainkan dengan menggulungkan gambar-gambar yang terlukis pada kertas atau kain, kemudian menguraikan cerita dari gambar tersebut satu per satu. Berbeda dengan wayang kulit yang menggunakan bayangan, wayang beber menampilkan gambar-gambar yang jelas, yang kemudian dipaparkan dalam urutan cerita.
Nama "beber" sendiri berasal dari kata "beber" yang berarti membentangkan atau menyebarkan, menggambarkan cara pertunjukan ini di mana gambar-gambar tersebut dibuka dan diuraikan sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. Wayang Beber adalah salah satu bentuk wayang tertua di Indonesia, dengan akar sejarah yang sangat dalam, terutama pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa.
2. Sejarah Perkembangan Wayang Beber
Wayang Beber memiliki sejarah panjang yang melibatkan berbagai kerajaan di Indonesia. Dimulai pada zaman Kerajaan Jenggala (sekitar 1223 M), wayang beber awalnya menggunakan media daun siwalan atau lontar untuk menggambar tokoh-tokoh dan adegan cerita. Di masa ini, wayang beber hanya berwarna hitam-putih dan lebih sederhana. Kemudian, pada tahun 1244 M, saat Kerajaan Pajajaran memindahkan keratonnya, wayang beber mulai digambar di atas kertas kayu yang disebut dlancang gedog.
Pada masa Kerajaan Majapahit (1316 M), wayang beber mengalami perubahan signifikan. Di bawah kepemimpinan Jaka Susuruh, kertas wayang mulai dipasangi tongkat pada setiap ujungnya untuk mempermudah penggulungan dan penyimpanan. Hal ini membuat pertunjukan wayang beber menjadi lebih praktis dan menarik. Tokoh-tokoh dalam cerita juga semakin berkembang, dengan pewarnaan yang lebih variatif, termasuk kisah-kisah seperti Panji di Jenggala, Jaka Karebet di Majapahit, dan Damarwulan yang lebih kompleks.
Pada tahun 1378 M, Wayang Beber mengalami modifikasi lebih lanjut ketika Raja Brawijaya V meminta Raden Sungging Prabangkara untuk menciptakan wayang beber purwa baru, dengan penggambaran cerita yang lebih hidup dan beragam. Cerita-cerita pada masa ini semakin kaya dengan sentuhan cerita rakyat dan tokoh-tokoh mitologi yang tak lekang oleh waktu.
3. Perkembangan Wayang Beber di Era Modern
Seiring berjalannya waktu, wayang beber mengalami banyak perubahan, terutama dalam hal konten dan cara penyajiannya. Pada masa Kesultanan Demak (1518 M), wayang beber dimodifikasi, dan mulai digunakan sebagai media dakwah oleh para wali, dengan bentuk wayang yang terbuat dari kulit dan cerita yang lebih fokus pada ajaran Islam. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan wayang ini adalah Sunan Bonang yang membuat wayang beber dengan kisah Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji.
Namun, perubahan terbesar terjadi pada awal abad ke-21, ketika wayang beber mulai beradaptasi dengan zaman modern. Wayang beber kontemporer muncul sebagai jawaban atas kebutuhan untuk menanggapi isu-isu sosial dan politik yang sedang berkembang. Tokoh wayang dan cerita yang diangkat mulai berubah, menggantikan cerita-cerita klasik seperti Mahabharata dan Ramayana dengan kisah-kisah yang lebih relevan dengan kehidupan modern.
Sejak 2005, wayang beber kontemporer semakin populer, dengan salah satu pencetusnya adalah Dani Iswardana, yang pertama kali memperkenalkan wayang beber dengan tema kritik sosial. Pementasan pertama kali dilakukan di Balai Soedjatmoko, Solo, dan sejak saat itu, wayang beber kontemporer berkembang pesat, mengangkat berbagai isu terkini dalam masyarakat, mulai dari politik, pemerintahan, ekonomi, hingga masalah sosial budaya.
4. Peran Wayang Beber dalam Budaya dan Pendidikan
Wayang Beber, baik yang tradisional maupun kontemporer, memainkan peran yang sangat penting dalam budaya Indonesia. Tidak hanya sebagai sarana hiburan, wayang beber juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan moral, pendidikan, dan kritik sosial. Melalui cerita-cerita yang disampaikan, penonton diajak untuk merenung dan memikirkan berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam konteks pribadi maupun sosial.
Wayang Beber juga memiliki nilai historis yang sangat tinggi, mengingat sejarah panjangnya yang menghubungkan banyak kerajaan besar di Indonesia. Dengan demikian, wayang beber bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat untuk memahami sejarah dan tradisi bangsa. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran moral dan sosial yang dapat dijadikan pedoman hidup oleh generasi muda Indonesia.
Selain itu, wayang beber menjadi bagian penting dalam pengenalan kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional. Pementasan wayang beber sering kali dilaksanakan dalam festival budaya internasional, yang memperkenalkan salah satu bentuk seni tradisional Indonesia kepada audiens global. Ini membuka peluang untuk menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya, serta mendorong pelestarian budaya lokal.
5. Wayang Beber Kontemporer: Perubahan dan Inovasi
Wayang beber kontemporer adalah hasil inovasi seni yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan fenomena dan isu-isu modern. Dalam wayang beber kontemporer, perubahan tampak jelas, baik dalam bentuk fisik wayang, karakter yang digambarkan, maupun cerita yang diangkat. Karakter wayang kini lebih bervariasi, tidak hanya terdiri dari tokoh-tokoh klasik, tetapi juga karakter-karakter yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu contoh dari perubahan ini adalah Wayang Beber Metropolitan yang ada di Jakarta. Dalam pertunjukan ini, cerita yang dibawakan lebih menggambarkan kehidupan di perkotaan, lengkap dengan masalah sosial dan solusi yang diwacanakan. Dalam pementasannya, gulungan gambar wayang tersebut dipasang pada tongkat seligi dan diputar sesuai dengan gambar yang akan diceritakan. Teknik pewarnaan tetap menggunakan teknik sungging, yang merupakan teknik tradisional dalam pembuatan wayang beber klasik.
Selain itu, Wayang Beber Metropolitan bukanlah pertunjukan wayang yang berdiri sendiri. Pementasannya mencampurkan berbagai elemen seni, dan tema yang diangkat berkaitan langsung dengan masalah yang ada di masyarakat perkotaan. Hal ini menunjukkan bagaimana wayang beber telah bertransformasi menjadi media yang relevan dengan kebutuhan zaman, tidak hanya sekadar sebagai pertunjukan tradisional, tetapi juga sebagai kritik sosial yang mencerminkan dinamika kehidupan modern.
6. Pelestarian Wayang Beber sebagai Warisan Budaya
Pelestarian wayang beber adalah upaya penting untuk menjaga kelangsungan warisan budaya Indonesia. Di tengah arus globalisasi yang semakin pesat, budaya tradisional sering kali terpinggirkan dan terlupakan. Namun, dengan adanya upaya pelestarian oleh berbagai komunitas dan individu, wayang beber tetap bisa bertahan dan berkembang hingga saat ini.
Komunitas-komunitas seperti Wayang Beber Metropolitan di Jakarta dan para pelestari wayang beber tradisional di Pacitan dan Gunungkidul, Yogyakarta, memainkan peran besar dalam menjaga kelestarian seni ini. Mereka tidak hanya melestarikan bentuk tradisional wayang beber, tetapi juga berinovasi dengan menciptakan karya-karya baru yang relevan dengan kondisi zaman sekarang.
Wayang beber juga diajarkan di berbagai sekolah seni dan universitas sebagai bagian dari kurikulum kebudayaan, memastikan bahwa generasi muda Indonesia tetap terhubung dengan warisan budaya mereka. Dengan cara ini, wayang beber tidak hanya dipertontonkan sebagai seni hiburan, tetapi juga dipahami sebagai bagian penting dari identitas bangsa Indonesia.
7. Kesimpulan
Wayang Beber, sebagai salah satu bentuk wayang tertua di Indonesia, memiliki nilai sejarah, budaya, dan pendidikan yang sangat besar. Dari zaman kerajaan-kerajaan besar di Jawa hingga perkembangan wayang beber kontemporer, seni ini telah melintasi berbagai era dan tetap relevan hingga saat ini. Melalui berbagai inovasi, baik dalam bentuk maupun isi cerita, wayang beber berhasil bertahan dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Sebagai warisan budaya yang tak ternilai, pelestarian wayang beber adalah tanggung jawab bersama. Dengan terus mendukung dan mengapresiasi seni ini, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memperkaya identitas budaya Indonesia di mata dunia.
0 Komentar