SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI SD NEGERI 4 CIRAHAB KORWILCAM DINDIK LUMBIR KAB. BANYUMAS

Perkembangan anak menurut ki hajar dewantara

 Perkembangan Anak Menurut Ki Hajar Dewantara: Filosofi Pendidikan yang Abadi

Sumber Gambar : Canva.com

Sdn4cirahab.sch.id - Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap individu. Sejak zaman dahulu, berbagai pemikir dan tokoh telah memberikan pandangan mengenai bagaimana cara mendidik anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Pemikiran dan filosofi beliau dalam pendidikan anak hingga kini masih sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Siapa Ki Hajar Dewantara?

Ki Hajar Dewantara, atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Beliau adalah seorang tokoh pendidikan, pahlawan nasional, dan pelopor sistem pendidikan yang berdasarkan pada kebudayaan dan nilai-nilai Indonesia. Ki Hajar Dewantara dikenal luas sebagai pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang bersifat inklusif, humanis, dan berbasis pada kepribadian bangsa Indonesia.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga dikenal dengan semboyan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.” Semboyan ini menggambarkan filosofi pendidikan yang memandang pentingnya peran pendidik dalam mendukung perkembangan anak. “Ing Ngarso Sung Tulodo” berarti di depan memberikan teladan, “Ing Madyo Mangun Karso” berarti di tengah memberikan dorongan, dan “Tut Wuri Handayani” berarti di belakang memberikan motivasi dan semangat.

Pandangan Ki Hajar Dewantara Tentang Perkembangan Anak

Ki Hajar Dewantara memiliki pandangan yang mendalam tentang perkembangan anak. Menurut beliau, pendidikan bukan hanya sekadar proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan budi pekerti. Dalam hal ini, beliau mengutamakan pendidikan yang holistik, yaitu pendidikan yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan spiritual anak.

  1. Perkembangan Anak Sebagai Proses Alamiah

Ki Hajar Dewantara memandang anak sebagai individu yang memiliki potensi dan bakat alami yang perlu dikembangkan dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Beliau percaya bahwa setiap anak memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri. Oleh karena itu, proses pendidikan harus disesuaikan dengan sifat alamiah anak, tidak memaksakan atau menekannya dengan cara yang tidak sesuai.

Dalam konteks ini, beliau sering mengingatkan bahwa pendidikan harus mengikuti perkembangan anak secara alami. Anak-anak tidak boleh dipaksa untuk memahami sesuatu yang belum mereka kuasai, dan mereka juga harus diberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung. Hal ini mencerminkan prinsip pendidikan yang berbasis pada pembelajaran yang menyenangkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan anak pada setiap tahap usianya.

  1. Pentingnya Pendidikan yang Menumbuhkan Karakter

Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan yang dapat membentuk karakter anak. Bagi beliau, karakter yang kuat adalah fondasi utama dalam membentuk pribadi yang baik. Pendidikan bukan hanya soal mengajarkan keterampilan atau pengetahuan, tetapi juga membentuk akhlak dan budi pekerti yang mulia.

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus mengarah pada pembentukan individu yang tidak hanya pintar secara intelektual, tetapi juga bijaksana dalam bertindak. Oleh karena itu, dalam pendidikan, anak perlu dibiasakan dengan nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kerja keras, tanggung jawab, serta rasa empati terhadap sesama.

  1. Pendidikan yang Demokratis dan Berkeadilan

Ki Hajar Dewantara sangat menekankan prinsip pendidikan yang demokratis. Beliau percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang adil dan setara, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau latar belakang budaya. Oleh karena itu, Taman Siswa yang beliau dirikan memiliki tujuan untuk menyediakan pendidikan bagi semua anak, baik yang berasal dari kalangan atas maupun bawah.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya prinsip kebebasan dalam belajar. Anak-anak harus diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Proses pendidikan tidak seharusnya bersifat otoriter, tetapi harus menciptakan suasana yang mendorong anak untuk berpikir kritis, kreatif, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Penerapan Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Modern

Meskipun pemikiran Ki Hajar Dewantara sudah berusia lebih dari seratus tahun, filosofi pendidikan beliau masih sangat relevan dan dapat diterapkan dalam konteks pendidikan modern. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengimplementasikan pemikiran beliau dalam pendidikan anak saat ini:

  1. Pendekatan yang Berfokus pada Anak

Pendidikan yang berfokus pada anak adalah salah satu prinsip yang sangat penting dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dalam konteks ini, guru dan orang tua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Ada anak yang lebih senang belajar melalui permainan, ada pula yang lebih suka dengan kegiatan yang lebih terstruktur. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk memberikan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

  1. Mendorong Kreativitas dan Kemandirian

Ki Hajar Dewantara sangat menghargai kebebasan dalam belajar. Anak-anak harus diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dunia mereka dengan cara yang kreatif. Ini bisa diwujudkan dengan memberi anak kesempatan untuk mengambil keputusan, mengembangkan keterampilan, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang mendorong mereka untuk berpikir kreatif dan mandiri.

Misalnya, dalam kegiatan belajar di kelas, guru dapat menggunakan metode yang memungkinkan anak untuk berkolaborasi, bereksperimen, dan belajar melalui pengalaman langsung. Pendidikan yang kreatif dan berbasis pengalaman akan sangat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan problem solving.

  1. Mengintegrasikan Pendidikan Karakter

Selain aspek akademis, pendidikan karakter juga harus mendapat perhatian serius. Mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada anak-anak akan membantu mereka menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti. Pendidikan karakter harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah.

Contoh sederhana yang bisa diterapkan adalah mengajarkan anak untuk jujur, bertanggung jawab, dan menghargai perbedaan. Dalam hal ini, guru dan orang tua berperan sebagai contoh atau teladan yang baik bagi anak-anak.

  1. Pendidikan yang Berbasis pada Kebudayaan Lokal

Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis pada kebudayaan lokal. Beliau meyakini bahwa pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan kebudayaan bangsa. Dalam konteks modern, pendidikan yang berbasis kebudayaan lokal ini sangat penting agar anak-anak tetap mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri, sembari belajar untuk terbuka terhadap budaya luar.

Contohnya, dalam pembelajaran di sekolah, anak-anak dapat dikenalkan pada berbagai aspek budaya Indonesia, mulai dari seni, bahasa, hingga tradisi lokal. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan rasa cinta tanah air, tetapi juga melestarikan kebudayaan yang kaya ini.

Kesimpulan

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara sangat relevan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan masa kini. Dengan menekankan pada pengembangan potensi anak secara alami, pembentukan karakter, dan pendidikan yang demokratis, beliau telah memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana mendidik anak dengan cara yang humanis dan berkeadilan.

Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, nilai-nilai yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara tetap menjadi pedoman penting dalam pendidikan. Sebagai generasi penerus, sudah sepantasnya kita melanjutkan perjuangan beliau untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, merata, dan mampu membentuk anak-anak Indonesia menjadi pribadi yang cerdas, berkarakter, dan bertanggung jawab.

0 Komentar