5 Cerita Pendek Anak SD Kelas 4
Sdn4cirahab.sch.id - Cerita pendek adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan imajinasi anak dan meningkatkan keterampilan membaca mereka. Untuk anak-anak kelas 4 SD, cerita pendek yang baik tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cerita-cerita ini, anak-anak dapat belajar tentang persahabatan, kejujuran, keberanian, dan pentingnya berusaha keras. Artikel ini akan memberikan 5 cerita pendek anak SD kelas 4 yang penuh dengan pelajaran moral dan karakter, masing-masing dengan tema yang relevan untuk usia tersebut.
![]() |
5 Cerita Pendek Anak SD Kelas 4 |
1. Si Kancil yang Cerdik dan Buaya Pemalas
Pada suatu hari yang cerah di hutan yang lebat, Si Kancil sedang berjalan-jalan menikmati indahnya alam. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan segerombolan buaya yang sedang berjemur di atas batu besar di pinggir sungai. Salah satu dari buaya itu, Buaya Biru, adalah buaya pemalas yang selalu mencari cara mudah untuk mendapatkan makan tanpa bekerja keras.
Buaya Biru melihat Si Kancil dan langsung memikirkan cara untuk menangkapnya. "Si Kancil pasti enak dimakan," pikir Buaya Biru sambil tersenyum licik. Dengan cepat, ia berenang mendekati Si Kancil dan berkata, "Hei, Kancil, kau sudah lama berjalan-jalan sendirian. Aku dengar ada pesta makan di seberang sungai. Ayo, aku antar kamu lewat sini, pasti cepat sampai!"
Si Kancil, yang terkenal cerdik, segera menyadari niat buruk Buaya Biru. Namun, ia tidak ingin melawan langsung karena ia tahu, jika melawan, ia akan sulit menang. Jadi, ia berpura-pura setuju dan berkata, "Tapi, Buaya Biru, aku ingin sekali melihat pesta itu. Aku tidak bisa melewati sungai dengan berjalan biasa. Jika kamu bisa menunjukkan cara cepat, aku pasti akan ikut."
Buaya Biru merasa senang dan percaya diri, "Tentu saja, Kancil. Ikuti aku, aku akan membawa kamu menyebrangi sungai dengan cepat."
Namun, sebelum mereka sampai di tengah sungai, Si Kancil berkata, "Oh, Buaya Biru, kamu pasti tahu bahwa untuk makan di pesta itu, kita harus membawa banyak teman. Kalau kita datang berdua, pasti akan kesulitan. Kita harus mengajak teman-temanmu yang lain untuk ikut."
Dengan cepat, Buaya Biru memanggil semua buaya di hutan, dan Si Kancil, dengan sangat hati-hati, melompat dari satu buaya ke buaya lainnya, melewati sungai tanpa pernah terkena serangan. Saat sampai di seberang, Si Kancil mengucapkan terima kasih dan melanjutkan perjalanan tanpa pernah kembali lagi.
Pelajaran Moral: Cerita ini mengajarkan anak-anak bahwa kecerdikan bisa menjadi senjata yang lebih kuat daripada kekuatan fisik. Selain itu, kita juga belajar bahwa bekerja keras dan berpikir jernih dapat mengatasi masalah yang terlihat sulit.
2. Budi dan Pohon Apel
Budi adalah seorang anak yang tinggal di sebuah desa kecil. Ia suka bermain di luar rumah, terutama di bawah pohon apel besar yang ada di halaman rumahnya. Pohon itu sudah lama ada, dan setiap tahun, pohon itu berbuah lebat, memberi banyak apel yang manis dan segar. Namun, meskipun buah apel itu sangat lezat, Budi tidak pernah mengambilnya begitu saja.
Suatu hari, Budi sedang bermain bola di halaman rumah. Tanpa sengaja, bola yang ia tendang terlempar jauh dan jatuh di dekat pohon apel. Ketika Budi mendekat untuk mengambil bolanya, ia melihat apel yang tergantung di ranting yang sangat tinggi. Apel itu sangat merah dan tampak sangat matang. “Wah, rasanya pasti sangat manis,” pikir Budi.
Namun, ia merasa ragu untuk memetiknya. "Pohon ini sudah memberikan banyak buah setiap tahun, tetapi apakah aku berhak mengambilnya tanpa izin?" pikir Budi. Ia tahu bahwa pohon itu adalah milik keluarga, dan mengambil buah tanpa izin bisa dianggap tidak sopan.
Kemudian, Budi pergi ke rumah dan meminta izin kepada ibunya untuk memetik beberapa apel. Ibunya tersenyum dan berkata, "Tentu, nak, tapi ingat, jangan pernah mengambil sesuatu tanpa izin. Itu adalah cara yang baik untuk hidup dengan jujur dan menghargai hak orang lain."
Budi kembali ke pohon dan memetik beberapa apel dengan izin ibunya. Ia sangat senang karena merasa telah berbuat dengan cara yang benar. Selain itu, ia juga membagikan apel itu kepada teman-temannya di desa, dan mereka semua menikmatinya bersama-sama.
Pelajaran Moral: Cerita ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya meminta izin sebelum mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Ini juga mengajarkan nilai berbagi dan kebajikan dalam membantu orang lain.
3. Si Kucing yang Sombong
Di sebuah rumah yang nyaman, hiduplah seekor kucing bernama Kiko. Kiko adalah kucing yang sangat sombong. Setiap hari, ia berjalan di sekitar rumah, merasa bangga dengan bulunya yang lembut dan tubuhnya yang ramping. Ia selalu berpura-pura bahwa ia adalah kucing paling hebat dan tidak pernah mau bermain dengan kucing lain yang lebih kecil atau lebih lemah.
Suatu hari, di saat Kiko sedang berjalan-jalan di halaman rumah, ia melihat seekor anak kucing kecil yang baru saja tiba di rumah itu. Anak kucing itu sangat lucu, tetapi tubuhnya masih kecil dan bulunya sedikit kusut. "Apa yang bisa kamu lakukan dengan tubuhmu yang kecil itu?" kata Kiko dengan nada mengejek.
Anak kucing itu tidak marah. Ia hanya tersenyum dan berkata, "Aku mungkin kecil, tetapi aku bisa berlari lebih cepat daripada kamu." Kiko tertawa mendengar itu. "Oh, benar? Kalau begitu, ayo kita berlomba! Aku pasti akan menang."
Mereka pun berlomba. Kiko yang sombong mulai lebih dulu, namun anak kucing itu dengan cekatan memanjat pohon di tengah jalan dan menunggu di ujung jalur. Kiko yang berlari cepat, kelelahan di tengah jalan dan tidak tahu apa yang terjadi.
Saat Kiko sampai di ujung jalur, ia melihat anak kucing itu sudah menunggunya dengan senyum lebar di wajahnya. "Terkadang, kekuatan bukanlah segalanya," kata anak kucing itu. "Kesabaran dan cara yang lebih cerdas dapat membuat kita menang."
Pelajaran Moral: Cerita ini mengajarkan anak-anak untuk tidak terlalu sombong dan menghargai kemampuan orang lain. Selain itu, ini mengajarkan bahwa kecerdikan dan kesabaran sering kali lebih penting daripada hanya mengandalkan kekuatan fisik.
4. Rani dan Bunga Liar
Rani adalah seorang gadis kecil yang suka berjalan-jalan di taman dekat rumahnya. Di taman itu, terdapat banyak bunga indah yang mekar setiap musim semi. Suatu hari, saat Rani sedang berjalan di sepanjang jalan setapak taman, ia melihat sebuah bunga liar yang tumbuh di sudut taman yang sepi. Bunga itu tampak sangat sederhana, dengan kelopak berwarna kuning pucat.
"Kenapa bunga ini tumbuh sendirian di sini?" pikir Rani. Ia merasa bahwa bunga itu mungkin tidak sebagus bunga-bunga lain yang tumbuh di tempat yang lebih terbuka dan terawat.
Namun, ketika Rani mendekat untuk memetiknya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Bunga itu mengeluarkan aroma yang sangat harum, lebih harum dari bunga-bunga lain di taman. Rani pun memutuskan untuk tidak memetiknya, dan sebaliknya duduk di samping bunga itu.
Setelah beberapa waktu, Rani menyadari bahwa meskipun bunga itu sederhana, ia memiliki keindahan dan keunikan yang luar biasa. Rani pun belajar bahwa kadang-kadang, hal-hal sederhana dalam hidup memiliki nilai yang lebih besar daripada yang tampak pada pandangan pertama.
Pelajaran Moral: Cerita ini mengajarkan anak-anak untuk menghargai hal-hal sederhana dalam hidup. Terkadang, yang tampak biasa saja bisa memiliki keindahan yang luar biasa jika kita melihatnya dengan hati yang terbuka.
5. Lukisan Alam
Di sebuah desa kecil, tinggal seorang anak bernama Dika. Dika sangat suka menggambar dan melukis. Namun, meskipun ia sangat berbakat, ia sering merasa cemas tentang karyanya. Ia merasa lukisannya tidak secantik karya teman-temannya yang lebih terkenal.
Suatu hari, saat berjalan di hutan, Dika melihat pemandangan yang sangat indah: pohon-pohon hijau yang tumbuh dengan subur, sungai yang mengalir tenang, dan bunga-bunga yang bermekaran. Dika merasa terinspirasi dan mulai melukis apa yang dilihatnya.
Ketika ia selesai, Dika merasa sedikit ragu. "Apakah lukisanku cukup baik?" pikir Dika. Namun, saat temannya melihat lukisannya, mereka semua terkesan. "Lukisanmu sangat indah, Dika! Kamu berhasil menangkap keindahan alam dengan sangat baik."
Dika merasa sangat senang. Ia belajar bahwa setiap karya seni memiliki keunikannya sendiri, dan yang terpenting adalah menciptakan sesuatu dengan hati.
Pelajaran Moral: Cerita ini mengajarkan anak-anak untuk tidak merasa minder dengan karya mereka. Setiap orang memiliki bakat dan keunikan masing-masing, dan yang terpenting adalah mengekspresikan diri dengan tulus.
Kesimpulan
Cerita-cerita pendek ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai yang penting bagi anak-anak SD kelas 4. Melalui kisah Si Kancil yang cerdik, Budi yang sopan, Kiko yang sombong, Rani yang menghargai kesederhanaan, dan Dika yang percaya diri dengan karya seninya, anak-anak belajar tentang persahabatan, kejujuran, keberanian, kreativitas, dan nilai-nilai lainnya yang dapat membentuk karakter mereka.
0 Komentar